Monday, January 5, 2009

Gunung kekuasaan


Gunung Kekuasaan

PULUHAN burung penguin salju silih berganti bersiutan di lereng Zety, sekitar 5 kilometer menjelang puncak Himalaya. Burung-burung itu terusik, seperti ketenangan lereng gunung yang tiba-tiba berubah menjadi badai magnet. Tampak Semar dan Togog saling berhadapan dan adu kepastian. Sedangkan Batara Guru menonton dalam posisi siap duel.
Mereka bertiga memperebutkan siapa yang paling sakti untuk jadi presiden di dunia wayang.Semar dan Togog tampak tancap gas. Semar memakai ketapel batu berisi mantra kuncung yang menyebarkan magnet getaran gaib. Sedangkan Togog memakai gaman tulup beracun yang membuat langit menjadi gelap. Jerit kesakitan dan percik darah burung penguin yang terkena efek pertarungan memerahkan salju pegunungan Himalaya. Kejam. Batara Guru yang juga tak luput dari efek pertarungan maha dahsyat itu langsung salto. Dia mencoba melindungi penguin dari kepunahan.
Sang Hyang Wenang yang ada di alam Ngondar-andir Bawana segera mengadakan rapat koordinasi pertahanan dan keamanan (rakor hankam) dadakan. Diputuskan, tak ada jalan melerai peperangan mereka bertiga. Satu-satunya adalah membuat gunung emas. Dan tiga dewa yang sedang berebut kekuasaan itu harus berlomba makan dan menelan gunung tersebut. Yang menang akan dijadikan presiden dunia wayang.Hyang Wenang langsung melesat ke New York. Tapi, nihil. Puluhan penjual emas batangan sudah seminggu nganggur lantaran indeks harga saham naik turun tak jelas.Sang Hyang Wenang pun langsung meluncur ke semenanjung Arabia menemui Raja Fadh. Tapi, yang didapat hanya penolakan. Raja Fadh tidak akan melepas emasnya sebelum harganya menyentuh titik tertinggi. Beruntung, di Papua ada emas batangan yang dengan cepat diborong oleh Sang Hyang Wenang.
Emas itu lantas dibuat menjadi gunung sebesar Gunung Slamet.Tepat 4 hari setelah tahun baru, lomba makan gunung emas di diadakan di lereng Himalaya. Suasana pun berubah menjadi riuh rendah seperti kampanye pemilu. Warga dan massa dari partai-partai besar datang berkumpul. Ada spanduk Partai Geringnya (Gerakan Pringgandani Jaya), Partai Hasnura (Hastina untuk Rakyat), hingga PMB (Partai Mandura Baladewa). Mereka berbaur meneriakkan yel-yel dan mengibar-ngibarkan bendera bergambar Togog, Semar, dan Batara Guru yang dinominasikan sebagai Presiden Wayang.
Sang Hyang Wenang memberi isyarat. Siapa pun yang sanggup menelan gunung utuh lalu memuntahkannya dalam keadaan utuh, dialah yang akan menjadi presiden wayang. Bursa taruhan dari seluruh dunia langsung menggeliat.Sesuai undian, Togog dapat giliran pertama. Ketegangan tampak di raut mukanya. Meski begitu, Togog tetap berusaha tersenyum pada penonton. Dengan duduk berlutut, Togog mencoba menelan gunung emas. Tapi, sayangnya, baru separo bagian gunung yang ditelan, mulut Togog nggak kuat. Mulut itu terlalu kecil.Jangankan memuntahkan kembali. Menelannya pun dia tak mampu. Itu menunjukkan kesaktiannya kurang. Dia gagal menelan gunung itu. Tapi, eits,.. Togog memaksa diri. Gunung itu dia benamkan lagi ke mulutnya dan swreekkk.. mulutnya sobek. Penonton langsung gempar. Tim kesehatan pun melarikan Togog yang pingsan ke Unit Gawat Darurat.
Setelah break, ajang menelan gunung dimulai. Semar dapat giliran kedua. Dia muncul di panggung memakai sarung batik Pekalongan dengan balutan renda keemasan. Kuncung memutih di kepalanya disemir cokelat, tampak seperti Don King. Semua penonton berdecak kagum melihat Semar yang gemuk tapi tetap terlihat tampan.Dengan kepalkan tangan, Semar mengeluarkan suara menggelegar. ''Aku akan telan gunung ini dan dengan cepat memuntahkan kembali. Akulah si presiden wayang. Hahaha,'' serunya disambut teriakan riuh penonton.Kemudian, Semar dengan posisi kuda-kuda gaya sumo mulai membuka mulut lebar. Dengan kesaktiannya, Semar berhasil menelan gunung. Pelan tapi pasti, gunung emas masuk ke usus Semar. Penonton menyambut dengan teriakan histeris saat Semar lenggak-lenggok menyombongkan diri. Tetapi sayangnya, ketika berusaha memuntahkan gunung emas tersebut, Semar tidak sanggup. Gunung tetap tinggal di perutnya. Hasilnya, perut Semar menjadi buncit dan pantatnya membesar. Tim kesehatan langsung adakan operasi bedah perut darurat untuk keluarkan gunung dari perut Semar.
Penonton yang sudah melihat dua kali kegagalan mulai khawatir. Mereka tinggal menunggu Batara Guru yang naik panggung dengan tenang. ''Hai rakyat wayang, aku akan jadi presiden dan kamu akan sejahtera. Tak ada kemiskinan, negeri makmur loh jinawi. Itu janjiku!'' Penonton hanya diam. Sekejap, gunung emas yang besar itu ditelan dan dimuntahkan kembali. Tepukan membahana langsung pecah di seluruh penjuru gunung Himalaya.
Hari itu, Batara Guru dinobatkan jadi presiden wayang. Sejatinya, Sang Hyang Wenang melihat ada yang berubah dengan gunung emas itu. Tapi, dia tak tahu sebabnya.Satu tahun setelah jadi presiden, Batara Guru sering sakit-sakitan. Dia merasa perutnya seperti ditusuk-tusuk. Sisa emas kecil-kecil yang ia sembunyikan di perutnya mulai jadi penyakit kanker yang mengancam kesehatannya. Ia sejatinya ingin jujur, bahwa sesungguhnya dia terluka saat menelan gunung. Tapi, Batara Guru takut dipecat jadi presiden.
Mendadak, Batara Guru mendengar cokekan yang mengamen di depan istananya. Sing sayuk, sing rukun. Sapa wenang jarene menang. Ning kang janjine cidra, uripe diseret-seret. Batara Guru sedih mendengarnya. Ia memang berjiwa kerdil. Bisa janji saat kampanye, tapi khianati rakyat saat sudah terpilih. (*)
Ki Slamet Gundono

kekerasan yang legal


Kekerasan yang Legal

''Indrajit, kita harus tegakkan kembali khas turunan Alengka keluarga yang selalu andalkan kekerasan," wejangan Rahwana. Ya, Rahwana sedang meregenerasi keturunannya, raksasa Indrajit, menjadi pejabat militer yang ganas.
Rahwana memerintah Indrajit belajar kepada Batara Kala. Setelah go way lewati hutan dandaka yang gelap, dengan naik kereta yang ditarik sepasang singa, Indrajit ditemani Togog mendekati kediaman Batara Kala yang sedang menyantap paha daging macan di sebuah altar yang terbuat dari batu. ''Bos, kami siap menerima pelajaran,'' sapa Indrajit. ''Pa kagak salah tu ayahmu kirim ente ke sini nih, " ujar Batara Kala. Indrajit gedhek-gedhek. Yang pasti, Batara Kala ingin kekerasan legal, apa pun bentuknya.
Untuk menjadi tokoh yang ditakuti harus intervensi di kehidupan apa pun. Batara Kala minta Indrajit membawa satu lembar bulu kumisnya yang sangat sakti. Indrajit sudah bersiap-siap. Sementara di depan komputer, Batara Kala serius memasukkan kode-kode misterius. Enter ditekan, claap, Indrajit celingukan. Dia berada di sebuah lapangan basket dan ada pertarungan seru antara tim Ayodya vs Alengka. Prahasta, kapten tim Alengka, langsung kuasai lapangan. Bola dioper ke Kalamarica dengan teknik cakilan yang sigap mainkan bola. Melihat posisi lawan pun, dia menggunakan jurus kethek curi mangga. Anoman, kapten Ayodya serobot bola, aksi sendiri, three point dan angka Ayodya bertambah 91-72.
Raksasa Wilkataksini semakin bergairah membawa bola. Penonton mulai bergemuruh. Pertandingan seketika berubah. Dengan pengalamannya, raksasa yang berwujud kepiting itu osak-asik pertahanan Ayodya. Pasukan basket Alengka bagai air bah dengan cepat mendekati skor 90- 87. Dari kiri lapangan, Wilkataksini dribble dengan ringan. Samberan kethek Anoman gak ngaruh. Ubetan si licin Sugriwa lolos. Hadangan Anggada dilewati. Dunk, 90-90, Indrajit di tempat penonton mulai histeris. Dia melompat ke lapangan. Ketika tepat Wilkataksini dan Anoman, terjadi adegan sorong-sorongan bola. Secepat kilat dia ambil pedang dan menusuk Anoman. Karena lengah, Anoman jatuh pingsan.
Penonton histeris karena melihat kekejian di pertandingan basket. Wasit Batara Narada perintahkan bagian keamanan meringkus Indrajit. Togog ketakutan dan teriak,'' Bos di pertandingan olahraga tak ada kekerasan legal goblog lu." Indrjit malah melotot pada Togog. Namun, dengan selembar kumis Batara Kala, Indrajit dan Togog terpaksa meloloskan diri karena hendak dikeroyok penonton. Menjelang petang, Indrajit kelelahan dan berunding dengan Togog. Dia mau refreshing dan mengajak pacarnya, Retno Klepon, dinner ke Rock Cafe.
Sementara itu, Togog mengawasi dari sofa yang empuk. Dengan dandanan serbaputih, Retno Klepon menggamit lengan Indrajit. Mereka pelan melintasi food court memilih menu. Mereka pun tak lagi memperhatikan langkah. Dabrus, separo tubuh Indrajit menabrak seorang cowok ganteng yang merangkul ceweknya. ''Ente ora duwe mata apa Mbok," emosi si cowok dengan logat Banyumas kental. ''Mbok bethok kukuruyuk, ente yang salah jalur," serang Indrajit.
Perang kata tak terelakkan, menghentikan beberapa pengunjung Rock Cafe. Si cowok ternyata John Danapati. ''Liat tuh dia punya kumis, kaya kumis setan," ejek Danapati. Menggelegarlah tawa di penjuru Rock Cafe. Dengan wajah merah padam, Indrajit setengah kalap menghunus pedang. Sebuah tusukan langsung bersarang di perut Danapati. Namun, tubuh Danapati sekeras baja. Pedang Indrajit malah bengkok. Ternyata Danapati kebal terhadap senjata apa pun. Danapati balik membalas. Tubuh Indrajit dihajar hingga babak belur dan dilempar keluar halaman Rock Cafe. Togog segera memberikan pertolongan kepada Indrajit. Dengan tubuh kesakitan, Indrajit putuskan menelepon Batara Kala. Kriing ..Boss aku menyerah, tak ada kekerasan yang legal. Dari ujung telepon Batara Kala menjawab gusar, ''You kurang serius tanpa kekerasan, Alengka akan kehilangan kewibawaan." Togog coba beri saran bahwa kekerasan legal itu mungkin cuma ada dalam peperangan.
Indrajit diajak ke hutan Dandaka Ramawijaya dengan topi koboi plus kacamata hitam, baju lengan pendek hijau muda plus celana tentara dan bersepatu bot. Cepat Starter Harley-Davidson, tak sabar, gas dipelintir abis. Roda depan terangkat, gemeretak mesin kalah keras. Harley dengan bahan bakar boros melesat mengangkasa di atas hutan Dandaka. Radar Harley menangkap sesuatu yang bergerak cepat, Lesmana yang mbonceng pegangan erat. ''Kang, ada batu di belakang, waduh bos," teriaknya. Jarak sepuluh senti, Harley direm ndandakan, trus banting setir. Lewat dech batu ke samping. Ternyata diikuti berondongan batu sangat banyak. Harley meliuk-liuk, ''Kunyuk, bedebah Rama Bargawa, budug bau amis, terimalah ini Karadzic," teriak Ramawijaya sambil melepas panah Guawijaya.
Tubuh Rama Bargawa yang sedang berperang dengan Ramawijaya bermandi peluh nyantol di pohon. Panah Guawijaya tepat di baju bagian pundak. Romo Bargawa tersenyum mempunyai lawan Ramawijaya Yang sakti tapi sopan dalam berperang.Namun, alangkah kagetnya Bargawa karena di atas pohon ada seseorang yang memegang pedang dan menaruh pedang di lehernya. Indrajit tertawa ngekek. "He he inilah saat kekerasan dilegalkan." ujarnya. Bargawa menggigil ketakutan. Pedang Indrajit bergerak cepat traang..tring .bukan leher Bargawa yang tertebas, namun panah Guawijaya sambar pedang Indrajit. Guawijaya juga menusuk paha Indrajit. Dengan kesakitan, tubuh Indrajit jatuh ke tanah. Sesaat kemudian Ramawijaya dan Bargawa mengepung Indrajit. "Pengecut lu serang dari belakang," hardik Bargawa. "Sikapmu seperti Bukan laki-laki," sembur Ramawijaya. Indrajit minta maaf dan menjelaskan bahwa dirinya hanya diperintah Batara Kala untuk lakukan kekerasan. Ramawijaya bilang, ''Tak ada kekerasan yang dilegalkan. Yang ada, kekerasan darurat karena kita pertahankan hidup kita. Namun, di kejauhan Batara Kala ngotot mencari cara supaya kekerasan jadi legal.(*)
Ki Slamet Gundono

Sepatu gendruwo


Sepatu Genderuwo

TETES embun yang bergelayut di ujung-ujung rumput seketika buyar tersapu langkah kaki seorang ibu muda yang trengginas. Dewi Maerah, wanita itu, memaksa kakinya melangkah lebar menuju ujung gang tempat penjual nasi bungkus.Saat nasi sudah di tangan, Dewi Maerah cepat kembali menuju dapur.
Sebuah panci penuh air diletakkan di atas tungku panas. Dia berpacu dengan waktu sebelum Basudewa bangun dan segera berangkat berburu. Benar juga, Basudewa bangun saat semuanya sudah terhidang. ''Dinda May, sepatu Kanda dah kering kan? Semalam Kanda mimpi dapat sepatu baru,'' ujar Basudewa sambil nyeruput kopi. Jawaban Dewi Maerah tenggelam di antara gerojokan air mandi. ''Akang jangan, apaan sich Kang, malu atuh. Sepatu noh di tempat biasa,'' jawab Dewi Maerah sembari sekuat tenaga menahan pintu yang coba didobrak Basudewa.
Selanjutnya, Basudewa mencoba menarik-narik busur panah yang akan dipakainya berburu. Tepat tengah hari dia berangkat. Langkahnya kian berat, seolah terbebani senyum dan lambaian tangan Dewi Maerah di bawah ambang pintu.Pada hari ketiga, Basudewa akhirnya datang. ''Dinda May, cepetan, Kanda bawakan daging kesukaan Dinda, kidang muda?" seru Basudewa. Istrinya tak begitu menghiraukan kejanggalan siang itu. Biasanya, Basudewa pergi seminggu lebih, ini baru tiga hari sudah pulang. Tapi, bayangan kijang muda mengacaukan suara batinnya. Daster basah yang dikenakan Dewi Maerah jatuh mengikuti lekuk tubuh. Itu bagai air dingin yang menyejukkan di tengah hausnya naluri kodrati manusia. Radar Dewi Maerah pun segera tanggap menangkap sinyal-sinyal Basudewa. Degnan bantuan elektroda positif dan negatif plus larutan kimiawi, sinyal-sinyal itu mewujud menjadi gelombang. Rengek tangis Kangsa Dewa melengkapi kebahagiaan pasangan itu tepat sembilan bulan sepuluh hari kemudian.
Saat Kangsa Dewa masih bayi merah, Basudewa pamit berburu lagi. Ealah, belum tiga hari, Basudewa sudah balik lagi. Kali ini wajahnya penuh kumis. Jenggot dan jambangnya tak terawat. Alangkah kagetnya Dewi Maerah. ''Akang teh naon? Baru tilu dina dah nggilani seperti ini,'' ujar Dewi Maerah. Sontak, Basudewa kaget. Sebab, dia merasa sudah setahun tidak pulang. ''Lho, arek iku siapa? What's happen, Dinda? Jangan-jangan...,'' Basudewa menyemprot dan menyelidiki. Blak-blakan Dewi Maerah menceritakan semuanya. Sambil menahan mangkal, Basudewa menuju kediaman Semar. Atas saran Semar, Petruk diutus. Itu lantaran Petruk adalah turunan genderuwo dan menyandang gelar SAG alias Sarjana Alam Gaib. Dengan mudah, Petruk menerobos barikade kerajaan genderuwo.
Kala itu, Bushong Blazz, raja genderuwo, sedang koordinasi terakhir dengan panglima perangnya di tepi kolam belut putih raksasa. Bushong Blazz merencanakan ekspansi ke negeri Jin Kutil. Tepat dini hari nanti, ribuan Belut Putih akan diterjunkan ke perbatasan Negeri Jin Kutil. Bila masyarakat dan raja Jin Kutil diam saja, mereka berarti takluk. Tapi jika mereka berani menyerang, pasukan Bushong Blazz akan meluluhlantakkan mereka.
Kerajaan Jin Kutil dasar kerajaan lemah tak berdaya, kemenangan tak makan korban. Apalagi sebelum diserang kerajaan Jin Kutil sudah diserbu dengan politik dan embargo berlebih. Ngakake Bushong Blazz tambah lebar saja makin hari dan yang pasti tambah pongah saja raja Gendruwo itu.Saking congkaknya, Bushong Blazz datang ke semenanjung Hollywood.
Ditantangnya tokoh haus darah, Drakula untuk duel. Promotor Don King tertarik untuk mengagasnya. Dipilihlah Madisson Square Garden untuk arena pertandingan. Tapi pertandingan tinju kali ini lain dari seperti biasanya. Mereka hanya menggunakan kedua jari telunjuknya alias ditowel atau diculek. Wasit Richard King memberi tanda mulai. Keduanya saling merangsek menjajaki pertahanan lawan. Ting, tusukan tajam Drakula ke sisi dalam mata kanan Bushong Blazz berhasil ditahan. Tubuh Bushong Blazz sempat tersungkur tapi cepat bangun. Teng, ronde kedua selesai.
Memasuki ronde kedua culekan Bushong Blazz membabi buta. Pertahanan Drakula tidak begitu rapat, serangan datang dari bawah. Tuiiing, mata Drakula kena culek. Kubu Bushong Blazz langsung bersorak kegirangan. Dalam press conference, Bushong Blazz sombong tenanan. ''Sape lagi yang berani tantangin, guwe pasti beri koit,'' teriaknya. Tapi desas-desus di antara jurnalis muncul. Kepongahan bisa diruntuhkan. Isunya, Bushong Blazz telah melanggar batas dunia manusia sampai meninggalkan keturunan. Tapi bukti sukar diperoleh.
Sementara itu, Petruk langsung tancap gas ke Mandura. Ditelusurinya setiap liku kediaman Basudewa. Petruk dengan membawa bungkusan berbau lecit kembali ke alam Gendruwo. ''Kagak mungkin di dunia ini ada yang bisa kalahin guwe! Ayo kalo berani,'' tantang Basudewa. Mak wuzzz, pletak!.. Petruk melemparkan Sepatu Bushong Blazz yang dulu ketinggalan di kediaman Basudewa. Pengawal Bushong Blazz cepat susun pagar betis. Tubuh Petruk dipoteng-poteng. Semar melepaskan topi kuncungnya, pelan ditiupnya. Cliiing...Petruk sudah di antara mereka. Basudewa memberondong Petruk. Siapa trouble maker-nya. Petruk hanya diam. Semar yang jelaskan, itu kerjaan makhluk halus. ''Ini sepatunya.'' (*)
Oleh: Ki Slamet Gundono

Seribu bantal yang koyak


Seribu Bantal yang Koyak

LOLONGAN ayam jantan menguar di udara, tanda pagi menjelang. Hujan riwis-riwis menampar kaca jendela kamar Bagong. Sebagian muncrat masuk lewat sela-sela bibir jendela. Mengenai wajah Bagong. Malas-malasan, dia beranjak sembari mengingat mimpinya yang aneh.
Dia lihat Semar berdiri jauh, tak terjangkau. Ada jurang lebar di antara Sang Romo dengan Bagong, Petruk, dan Gareng.''Kang, bangun! Pinjam primbonmu! Mimpiku aneh, tahu artinya, Kang?'' seri Bagong sambil menyerbu ke kamar Gareng dan Petruk. Kamar itu ternyata sudah tak terkunci. Yang ditemukan Bagong hanya kertas kucel dengan tulisan bak cakar ayam. Romo sekarang mudah naik pitam. Gak taulah, dah tua, kali. Hati kami sakit sering dicaci. So, suara hati kita tak bisa ditahan untuk mencari Romo kita yang asli.
Kertas itu langsung dilumat Bagong. Dengan mata berair menahan emosi, ditemuinya Semar.''Romo, jujur saja. Bagong ini anak siapa? Bagong gak ingin seperti Kang Gareng dan Petruk,'' selidiknya sambil menyerahkan kertas yang tambah kucel itu. Semar memungut kertas tersebut. Sambil mengelus dada, dia duduk di atas dipan reyot dekat sumur.''Ketika itu, aku baru pulang dari kayangan, sedang mandi di sungai,'' ungkap Semar. Wajah Bagong menegang. ''Nah, matahari tepat mengenaiku dari balik bukit,'' lanjut si Romo. Bagong tambah bergidik. Tangannya menggenggam, menahan emosi. ''Aku melihat bayanganku sendiri, aku ciptakan bayangan itu menjadi sesosok jabang, yaitu Bagong,'' ujarnya.Memungkasi cerita itu, Bagong meraung keras. Ngelolo. Semar hanya bisa memandang Bagong yang ngambek dan membanting pintu kamar.
Bagong lantas mengambil backpack. Semua barangnya dimasukkan asal-asalan. Sebelum pergi, Bagong menghadap ibunda Kanastren, menyerahkan bantalnya, milik Petruk, dan juga Gareng. ''Mbok, ini bukti Mbok merawat kami dengan baik. Tolong disimpan, ya Mbok, biarkan kami cari jati diri,'' ujar Bagong, mencium tangan Kanastren dan pergi.***
Alkisah, Petruk sampai di gerbang negeri Black Gochick, negeri para Gendruwo. Aneh, pikir Petruk, jalanan begitu sepi. Pos keamanan baru terlihat menjelang pusat pemerintahan.''Hei, hidung panjang! Mo kemane? Jangan sembarangan, lu! Pakai aturan, bos,'' semprot seorang penjaga yang wajahnya enggak begitu seram. Petruk nyengenges. Dia mengaku ingin bertemu King Bel Bleh, raja Gendruwo. Si penjaga pun curiga. Petruk diminta lewat pintu Gendruwo Detection. Tit..tit..tit, berulang kali dilewati tetap gagal. Tentu saja, lha wong Petruk tidak berwujud Gendruwo.
Di tengah-tengah kehabisan akal, sebentuk suara menyapa Petruk. ''Suit, suit, hey cowok, godain kita, dong,'' seru Lady Blorong. Pendar-pendar cinta langsung muncul. Mereka pacaran. Suatu hari, Petruk minta diajak jalan-jalan ke negeri Black Gochick. Berdua, mereka krukuban sarung dan plass.
Suara gagak hitam menyambut kedatangan mereka. Alangkah terkejutnya Petruk melihat sosok yang muncul di depannya, tepat di tengah-tengah Black Gochick. Wujudnya menyeramkan. Matanya di hidung, hidungnya telinga, telinga nempel di dahi. Bingung, kan? Sama, dalangnya juga bingung (hehe). Ya, itulah wujud King Bel Bleh. Petruk pun menyapanya, ''Daddy, I'm your son. I miss you, Dad,'' seru Petruk sambil menghambur ke arah King Bel Bleh. Namun, yang menyambut Petruk justru kepalan segede tampah. Petruk pun terlontar ke bagian belakang istana, tempat ratusan istri King Bel Bleh. Alangkah takjubnya Petruk yang melihat ribuan anak menyerupai Petruk. Mereka mengejar-ngejar Petruk yang ngos-ngosan berlari menjauh.***
Sementara itu, Gareng sampai di Padepokan Lemah Abang. Momennya pas ketika ada bulan purnama yang meriah dan penuh hiburan serta sajian. Seorang cantrik menarik Gareng dengan keras karena masuk tanpa undangan. Melawan, tangan Gareng malah terikat ke belakang. Beruntung, seorang Pandita keluar dan melerai. Terus terang, Gareng mengaku sebagai keturunan raksasa dan ingin menjadi murid Pandita tersebut yang juga guru ratusan raksasa.
Seperti yang lain, Gareng harus melalui tahap seleksi. Pertama, Gareng dimasukkan drum baja di atas api yang membara. Walau grobyosan, memanfaatkan kaki pengkornya, dia berdiri satu kaki. Itu terus dilakukan Gareng sambil sesekali meloncat. Gareng lolos. Ujian berikutnya, Gareng dimasukkan drum penuh cacing. Walau ginjal-ginjal, dunia cacing adalah dunia Gareng yang peternak bebek. Lolos lagi. Selanjutnya Gareng dimasukkan drum penuh kodok ijo. Nah di sini kegagalannya, Gareng trauma. Kodoklah yang telah membuat kakinya cacat. Gareng nyerah.***
Kini, Bagong masuk Rumah Sakit Karang Kadempel. Dokter spesialis bedah plastik mumpuni, Dr Amber Plastique, diordernya untuk total mengubah penampilannya. Dua belas jam, kemudian Bagong keluar kamar operasi dengan wajah mirip Sah Ruh Khan. Dia lantas balik ke Karang Kadempel untuk balas dendam. Dilihatnya Semar lagi bebersih. Bagong lalu menyerang dengan kaki raksasanya. Semar kontal, jatuh menerobos atap teras. Dia jatuh tepat di genggaman Petruk dan Gareng. Bagong marah besar dan semakin membesar saja tubuhnya. Gareng dan Petruk yang paham siapa raksasa itu mulai menyerang. Gareng mencipratkan air garam.
Lambat laun plastik di tubuh Bagong meleleh dan dia kembali ke wujud semula. Ketiganya saling berpelukan dan menangis.''Maafkan kebodohan kami, Romo,'' kata mereka hampir bersamaan. Kanastren melihat dari kejauhan dan berdesis. Kalian memang bukan anak Semar. Tapi, bantal yang kalian pakai ini bukti didikan Semar. Jauh di negeri yang penuh kekerasan, seribu bantal terkoyak dibuang dari rumah. (*)
Ki Slamet Gundono

La Voyage Si Anjing


La Voyage Si Anjing

HARI belum begitu gelap. Seekor anjing Kikik warna putih bersih berjalan menyusuri Ngalengka City. Pikiran Si Kikik frustrasi pada apa yang barusan dia lihat. Dia risau, status sosial anjing kini hanya sebagai penjaga dan dikonsumsi wayang-wayang rakus.
Setelah melewati pasar, langkah empat kakinya terhenti di depan rumah Joni Tutul, suami ke-123 Sarpakenaka. Hilir mudik, Si Kikik mencari celah untuk masuk. Dia ingin melepaskan Si Pudel, yang sedang disiapkan untuk santapan Rahwana.''Guk, guk, kaing (baca: Kanda datang, diajeng Pudel),'' Si Kikik melolong panjang di bawah temaram lampu lima watt. Dengan jurus anjing mencakar, dia Terobos celah pagar. Kuat-kuat, dikoyaknya slot kayu pengunci. Sejenak, Si Kikik berpelukan dengan Si Pudel lalu melesat pergi.
Namun, gangguan tiba-tiba datang. Brakk..! Batu sak genggaman dilempar Joni Tutul. ''Anjing buduk sialan, nyusahin orang saja, suuu!'' seru Joni Tutul.Sepasang anjing yang sedang berkasih-kasihan itu terus berlari. Tujuan mereka hanya satu, Hutan Dandaka yang aman. Tiba-tiba, ''Kaing, kaing, guk, guk (baca: kunyuk, ekorku keinjak, Kanda),'' teriak Si Pudel. Si Kikik hentikan larinya dan siap menyerang si penginjak. ''Guk, guk, haung, guk,'' kata Togog yang ternyata menginjak ekor Si Pudel. Dalam bahasa anjing, Togog bilang, Sorry gak sengaja, ngantuk berat, ada apa nich?
Si Kikik menceritakan kegalauan hatinya. Dia risau pada apa yang menimpa pasangannya, pada penurunan strata sosial anjing. Togog sarankan mereka untuk melanglang buana. Lalu, punakawan itu minta Si Kikik dan Si Pudel kenakan helm, kacamata, dan parasut. Soalnya, Togog sedang ngantuk dan daya angop-nya alias daya yang keluar dari menguapnya bisa lontarkan benda ribuan mil.Benar juga, aaauufff hoahmm, Togog angop.
Si Kikik dan Si Pudel langsung terlempar jauh, dengan parasut, pelan, mereka melayang turun. Namun, belum sempat mereka berbenah, parasut itu terinjak serombongan orang yang berlari-larian di tengah-tengah perempatan New York.Belum sampai menghela napas, lampu berubah hijau, giliran puluhan mobil berseliweran di sekeliling mereka. Dalam keadaan panik, zap, tubuh mereka disambar Super Dog Girl. Detik berikutnya, Si Kikik terpana dengan kegesitan Super Dog Girl. ''Nguk..nguk..gug...hauuung,'' celoteh Si Pudel berjalan menjauh. Yang artinya, gitu yah sekarang, udah sana jangan deket-deket lagi. Si Kikik sekarang sering melamun, kalau ada Super Dog Girl, pasti ada Super Dog Man.
Si Pudel pun uring-uringan melihat tingkah Si Kikik sekarang yang suka keluar masuk pet shop untuk mengubah penampilannya menjadi super hero. Suatu kali, setelah tanya sana-sini sesama anjing, diperoleh info kediaman Super Dog Girl. Diam-diam Si Kikik mencari alamat tersebut, diam-diam juga Si Pudel ngikuti dari belakang. Dari celah pintu mata Si Kikik melotot, menangkap sesuatu yang menakjubkan.
Tubuh Super Dog Girl diponteng-ponteng dialiri listrik tegangan tinggi dan mulutnya tak henti mengkremus lembaran baja. ''Krrr..gug haung, tuh kan gua bilang juga apa, Super Dog hanya anjing robot.'' Kaget Si Kikik dengar suara Si Pudel. Si Kikik ajak damai lalu mereka siap-siap meletuskan plastik kresek berisi angop-nya Togog. Plazz, keduanya melayang turun di tengah Kurawa Square Garden Stadium. Giliran Si Pudel terpana melihat lincahnya kaki Dur Bull Dog (anjing Dursasana) dalam men-dribble bola.
Bulu-bulu Si Pudel lalu di-rebounding dan dua pita merah disematkan di masing-masing telinga. Setiap Dur Bull Dog bertanding, Si Pudel rela ngantre karcis. ''Gug..gug haap jozz..horeee,'' Si Pudel jingkrak-jingkrak melihat Dur Bull Dog melakukan aksi slam dunk.Si Kikik mencibir sambil menjulurkan lidahnya. Tapi sepertinya Si Pudel harus rela bertepuk tangan. Bukannya apa-apa, untuk sekadar mendekati Dur Bull Dog susahnya minta ampun.
Pernah suatu ketika, dengan setengah memaksa dia minta diantarkan ke kediaman Dur Bull Dog. Tapi apa yang didapat, baru di depan gerbang saja mereka sudah terusir raungan herder-herder penjaga. Sampai-sampai demi mewujudkan rasa cinta Si Kikik ngotot menerobos. Tapi akibatnya luka-luka di bagian kaki tergigit salah satu herder. ''Anjing yang sudah jadi bintang terkenal tak bisa dibanggakan,'' ujar Kikik.
Dengan putus asa keduanya meletuskan plastik kresek yang terakhir. Aoobb puff, kembali mereka melayang. Dari ketinggian seratus kaki, mata tajam Si Kikik melihat sesosok tubuh yang semampir di dahan di tengah jurang Himalaya. ''Gug..gug hey, bukankah kau Bimasena yang biasa aku liat di wayang?'' teriak Si Kikik dari parasitnya. Bimasena hanya lemah menganggukkan kepala.Susah payah, Si Kikik dan Si Pudel mengerahkan tenaga dengan gigitannya menarik tubuh Bimasena ke tepian jurang. Dengan susah payah, Bimasena menceritakan kesusahannya mengikuti perjalanan Puntadewa yang akan muksa. ''Bajijug, sialan, malah anjing kurapannya katut terus,'' ujarnya.Mak tratap, Si Kikik dan Si Pudel langsung tancap gas menuju puncak.
Sampai di puncak dilihatnya si anjing keturunan Dewa Dharma duduk tepekur di samping Puntadewa yang bangkit mengetahui ada yang datang. ''Anjingku ini paling setia dan tidak makan apa saja alias tidak rakus,'' Puntadewa menjelaskan kenapa muksa membawa anjing.''Krrr..Gug..gug..kaing'' ujar si anjing jelmaan Dewa Dharma, maksudnya siapa saja yang rakus itu ya seperti anjing. Kikik dan Pudel bahagia, tahu Puntadewa membanggakan anjing. Namun mereka tak tahu, nun jauh di Pulau Dewata, ratusan anjing yang terkena rabies sedang dimusnahkan. Makhluk anjing terancam punah. (*)
Ki Slamet Gundono

Semar bukan agen CIA

Semar Bukan Agen CIA

KENDARAAN roda tiga itu sesekali tampak oleng menghindari lubang jalan. Si penumpang adalah Arjuna. Pria ganteng itu pasang wajah mbesengut, mulutnya ngromed enggak jelas. Meski plakat bertulisan Semar, Jasa Konsultan Politik masih beberapa meter, tapi Arjuna lebih dulu meloncat dan langsung nyelonong ke ruang Semar.''Ini wigati bin puentingg. Paman harus bantu.

Sak sekti-sektinya Preman Niwatakawaca, pasti punya kelemahan. Paman, apa kelemahannya?'' sembur Arjuna.Semar masih diam, nglepus dengan rokoknya. ''Ehm, syaratnya mung satu. Cari arti kata CIA. Cukup, lima ribu dolar,'' jawab Semar ringan sambil menengadahkan telapak tangan. Sambil mbayar, Arjuna mbatin. Moga-moga apa yang dia barisan dengar benar dan setimpal dengan ongkosnya.

Setelah menerima kembalian, Arjuna melesat cepat. Braakk!! Dia merasa menabrak gentong. Ternyata, ''Waduuhh, bundas! Tak kukup polomu mari, koen!! Ups, ealah, Den Arjuna. 'Da 'pa nich? Awewe lagi, ya?'' kata Bagong. Kemarahannya seketika luntur begitu melihat bahwa yang menabraknya adalah Arjuna.

Arjuna segera menarik Bagong ke beranda depan, keduanya langsung terlibat pembicaraan serius. Asa Arjuna putus lagi melihat Bagong juga hanya geleng-geleng. ''Oh ya Den, lewat HP baruku bisa nich, tuh lihat, tuh bentaran aja dah. Kemon, boss,'' ajak Bagong. Dengan panduan GPS mereka berjalan terus sampai memasuki kawasan terlarang. Tap tap, pelan seperti slow motion, Arjuna salto meloncat tinggi, menghindari beberapa sejata rahasia yang juga pelan berseliweran di beberapa bagian tubuhnya. ''Wakakakak, seperti The Matrix! Awas, Den! Makin banyak! Wadow Den, pas bokong inyong, lariiii,'' ujar Bagong yang juga berlari slow motion.

Seketika pertempuran berubah sangat cepat, Arjuna mengeluarkan rahasia Cakra Bio. Dalam hitungan detik, ratusan murid Shaolin Temple terkapar. Pintu utama jebol disapu kaki Arjuna.Tak dinyana, kedatangan Arjuna malah disambut pejabat teras Shaolin Temple. Mereka disediakan kamar istirahat mewah, hehehe, tapi nggak ada plusnya, lho. Ingat, murid Shaolin cowok semua.

Malam harinya, mereka diundang jamuan makan istimewa. Tudung saji dibuka, mulut Bagong mandi air liur. Bagong mengitari meja makan sangat besar, ada bakpau, pia-pia, fu yung hay, dan siomay. ''Selamat datang, Bro. Maaf atas pertempuran tadi. Anggap aja welcome party. Sekarang intinya, silahkan di-CIA'' salam Leng Thai Wong, guru besar Shaolin. Kuping Arjuna langsung perintahkan nyikut perut Bagong yang malah sudah lahap makan. Arjuna jadi tak lapar, sekadar basa-basi diambilnya sedikit dan didatanginya Sang Guru Besar. Arjuna menanyakan arti kata CIA. Leng Thai Wong menjelaskan CIA adalah silahkan makan.

Tak berapa lama Arjuna pamit dan menarik tangan Bagong. Dipinjamya ponsel Bagong dan di-dial nomor Preman Niwatakawaca. Arjuna mengajak lomba makan sekarang. Niwatakawaca langsung menyanggupi dan mereka bertemu digerai cepat saji yang sudah di-booking Arjuna. Semua makanan sudah tersaji, mulaaai! Susah payah Arjuna memasukkan makanan ke mulut, dibantu Bagong. Untuk Niwatakawaca, sekali sluurp, amblas semuanya. Bagong bukannya sedih, malah terkekek. Bendara-nya salah tafsir. Dan tiba-tiba Niwata Kawaca glegekan. Wuzzz, angin yang keluar keras menerpa tubuh Arjuna dan Bagong. Bak daun, kedua tubuh itu melayang jauh, jatuh tepat di pesisir pulau Jawa. Jatuhnya di sekitar Tugu Yos Sudarso, dekat pelabuhan kota Tegal .''Kunyuk, minggir! Koen maning! Ndas gablug pentelang-penteleng, mata jengkol, minggir kunyuuuk,'' maki seorang tukang becak kepada Bagong.

Arjuna dan Bagong berjalan ke arah kota. Tapi yang ditemui, kata CIA masih berhubungan dengan makanan, tahu pletok, baik sebagai penjual atau pemilik. Sampai di pertigaan gili tugel, jalanan begitu ramai. Bagong memegang erat tangan Arjuna. Dari arah selatan sebuah angkot melaju, eh dari arah barat nylonong sebuah becak. "Pada-pada luruh duit, ente nyebrange sing bener, tak CIA ente" Teriak si pengemudi Angkot. Arjuna dan Bagong saling pandang, tersenyum. Dalam bahasa Tegal, CIA itu dibaca ciak. Artinya disikat atau diajak jotosan. Akhirnya, dengan kasekten Arjuna, mereka kembali.

Sekali lagi Niwatakawaca ditantang untuk adu jotos di ring tinju. Acara digelar di Ngastina Square Garden. Setelah beberapa partai tambahan. kedua petinju bergantian dipanggil announcer. Teng, babak pertama, Arjuna langsung melontarkan hook dan jab deras bergantian. Tapi Niwatakawaca tahan pukul. Memasuki babak lima, Arjuna sudah lempeh-lempeh. Sementara Niwatakawaca masih mentheles. Memasuki ronde keenam, Arjuna sedikit lengah. Sebuah jab cepat mendarat di perut Arjuna dilanjutkan hook telak di dagu. Tubuh Arjuna tinggi meloncat ke langit dan terlempar jauh. Bagong yang mencoba menyerang juga bernasib sama. Kedua tubuh jatuh di sekitaran Pentagon, Amrik. Tepat di depan tembok berlogo CIA.

Arjuna sangat percaya, kalau yang ini pasti betul. Arjuna menemui salah satu kepala divisi CIA. ''CIA adalah kerja dengan sembunyi-sembunyi dengan cara tersembunyi juga,'' ujar si kepala. Dahi Arjuna berkerut mencoba menafsirkan apa yang didengar. Tiba-tiba muncul bau busuk menyengat saat Bagong menguap. Wajah Arjuna berseri dan cepat balik. Di kahyangan, Arjuna temui Dewi Supraba yang mau diminta Preman Niwatakawaca. Arjuna menceritakan semua strategi untuk mengalahkan Niwata Kawaca. Arjuna minta dengan sangat, Supraba mau bekerja sama. Sesuai dengan hari yang telah ditentukan, Supraba berangkat ke negeri Atas Angin.

''Weleh, weleh, Supraba! Reneo, cah ayu,'' ujar Preman Niwatakawaca. Dengan keberanian besar, Supraba menaruh kepalanya di paha Niwatakawaca. Suara dan mulutnya semakin terbuka penuh kemenangan. Bagong dari radius sak kilo, dengan teropong, menunjukkan sesuatu yang bercahaya di dalam tenggorokan Niwata Kawaca, dan itu Aji Gineng. Arjuna segera mentang Pasopati. Plass, buk, tubuh Niwatakawaca tersungkur diam selamanya. Dari jauh, Semar mendekat sembari senyum. Arjuna membisikkan sesuatu ke telinga Semar. ''Enak aja! Jangan asal tuduh, kamu Arjuna. Aku bukan agen CIA!'' jawab Semar.

(*)Ki Slamet Gundono

bagong@go.blog.com



Sinar matahari terasa mengiris dikulit. Diatas roda dua keluaran terakhir, Bagong dan Ayu Denok yang erat memeluk dari belakang melaju kearah pusat kota. "Wah...asik, apa saja ada, ngungkuli mall, gak usah banyak tanya, liat aja tar" Terang Bagong.
Setelah motor diparkir, senyum sapa petugas Ngamarta Dot Net sambut kedatangan mereka. Bagong menarik tangan Ayu Denok ke bilik paling pojok, favorit beberapa pasangan. Tek...tek...klik tangan Bagong lincah diatas keyboard. Byar...Bagong connect dengan internet dunia maya, terpampanglah Prendster. Pelan-pelan muncul foto heroik Obama ditengah pendukung, tapi leher keatas wajah Bagong. Ayu Denok gemes, Bagong ngrinjal-ngrinjal karena cubitannya. Memang Obama dan Bagong ketenarannya setali tiga uang. "Say...Jelous nich jadinya, lha ntu sapa, sexynya booo, ajarin napa?" Pinta Ayu Denok.
Bagong salting (salah tingkah) jadinya, cepat-cepat log off, membayar bill dan cabut. Bagong tidak setuju Ayu Denok berhubungan dengan dunia maya, karena bisa mempengaruhi hubungan mereka. Bagong gak tau apa yang dilakukan setelah diantar ke rumahnya. Bulan nanggal sepisan, hari belum begitu malam. Tapi Bagong sudang ndekem dikamarnya, asik dengan laptopnya yang online. Setelah login dan klik, ada yang nyapa nicknya Arekmanis pisan. Bagong membaca, tok...tok, sore Arekmanis pisan kemana ja tadi kayaknya on bentaran, hayoooo. Tek...tek, Wah ketahuan nich, biasa handle darat, maklum banyak yang nyari, dukun kali wakakakkkak, tulis Bagong. Ach, bocengan lu biasa ja tuch, cb liat site tetangga, dijamin gembroyos ketik Van Gogk alias Togog.
Sebentaran, Bagong larut dengan sohib-sohib mayanya. Sampai, Ayu Denok yang smsnya beberapa kali terlambat dijawab jadi uring-uringan. Daripada ndongkol, Ayu Denok sendirian balik lagi ke Ngamarta Dot Net. Lewat panduan operator, Ayu Denok mencoba mempelajari surfing didunia maya. Surfing malam ini terasa lain, Van Gogk menawarkan semua yang ON untuk melihat www.LaddyAngel.com. Site yang menawarkan arek wedok yang dilihat pic-nya huayu-huayu tenan dan katanya ehm...masih ting-ting, bisa dibuktikan. Jari Bagong langsung menari, Gw kgk doyan nyang mahal bro. Tidak baen-baen Van Gogk malah menawarkan nick Lady Spice bisa didapatkan secara gratisan lewat tantangan pengumpulan poin game online.
Membacanya, Bagong semangat dan membetulkan posisi duduk terenaknya. Dalam sekejap para blogger en netter termakan pancingan Van Gogh. Berentet ribuan tulisan Yupi Gummy, masuk untuk registrasi tanda tertarik ikutan. Bagong or Arekmanis pisan susah payah pencet-pencet tombol memasuki tikungan pertama, dibelakangnya mobil dengan nick MR G alias Gareng terus mengutit. Lepas tikungan terakhir Bagong menekan tombol NOS. Kelincahan jari Bagong diatas tuts mengantarkannya meraih poin penuh sepuluh. Tujuh putaran dengan tujuh lawan dilewati Bagong sempurna, tujuh puluh. Posisi teratas klasemen. Tak dinyana sama sekali, new comer dengan nick De' Junior dapat menyodok posisi Bagong di detik terakhir. Selisih lima point diatas Bagong. Siiip bro, dua jempol but tunggu pembalasanku, ketik Bagong. Hanya dua teratas yang bisa melenggang ke tantangan berikutnya Durna Rule game, terang Van Gogk. Tiga..dua..go, tokoh tiruan Bagong dan De' Junior gesit berloncatan memasuki sebuah sumur.
Bukan tanpa halangan untuk mengambil butiran telur ular didasar sumur, ular berkepala dua nyosor tubuh keduanya. Eiiits, Bagong menekan kendali kekanan. Tokoh rekaannya luput dari terjangan ular. Lain De' Junior, kalah cepat malah termakan salah satu kepala ular dan diharuskan mulai dari awal. Hap..hap..tokoh rekaan yng dikendalikan Bagong sepertinya sudah hafal arah serangan kepala ular yang itu-itu saja kurang kreatif, namanya juga game buatan manusia. So, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan Bagong menang tipis. Lima puluh telur didapat Bagong, empat lima ditangan De' Junior. Plook-plook ato applaus ato salut ato to be number one, tulisan itu memenuhi blog Bagong. "Yes, sapa dulu Arekmanis pisan" Teriak Bagong kepada dirinya sendiri.
Van Gogk menguraikan Final Battle. Keduanya akan bertarung ala cowboy disebuah ruangan bersekat-sekat sekaligus mencari senjata dan saling membunuh. Tokoh virtual Arekmanis pisan alias Bagong lincah berlari menyusuri lorong, begitu juga tokoh virtual De' Junior. De' Junior alias Dursasana Junior alias Putra Dursasana insting ksatrianya lebih tajam. Brak, sebuah tembok ditendang. Didapatlah sebuah AK 47. Sementara Bagong, hanya terus berlari tanpa arah. Peta yang disediakan, tak bagus dipahami Bagong. Brak, Bagong mencoba mencari senjata. Yang didapat hanya sebuah godam besar sangat berat. Gedabrus, tubuh keduanya bertabrakan, mental menghantam dinding. Tangan Bagong kali ini kalah gesit jemari De' Junior. Dor..dor..dor Jasad virtual Bagong bergelimangan darah. Applaus n Laddy Spice menunggumu bro...happy bro ketik Van Gogk.
Bagong langsung menggebrak abis keyboard. Kepenasaran Bagong diketiknya, Bos bg infone dong sp Laddy Spice dimana mereka kopi darat. Van Gogk alias Togog beberapa kali berkelit-kelit, tapi Bagong gak abis kata dan terus mendesak plus merayu. Keesokan paginya, masih dengan mata merah, Bagong bergegas menuju TKP. Dengan topi lebar lengkap dengan kaca mata hitam, Bagong duduk di pojokan Kafe Ilalang. Tak berapa lama, Dursasana Jr dengan dandanan setelan tuksedo hitam masuk. Laddy Escort melepas rayuannya saling cari perhatian. Lima belas menit kemudian Laddy Spice datang. Dari posisinya, Bagong seperti gak percaya. Dekat dan semakin dekat, Laddy Spice alias Ayu Denok. Topi dibanting Bagong, dilangkahkan kakinya kearah mereka duduk. "Mas...mas jangan jelous dululah, hanya sebuah game, lu sich gak kasih tau internet" Terang Ayu Denok. "Tapi...Gak begini carane" Jawab Bagong sambil menarik tangan Ayu Denok keluar Kafe Ilalang.
Dursasana Jr hanya melongo, bagong putuskan tak bermain internet lagi .Namun 4 bulan kemudian Bagong tak tahan membuka blogernya dan terlihat dunia bloger lagi geger Kartun yang menghina seorang Nabi. Ach..dunia maya, dunia yang bisa dapatkan kebaikan sekaligus kejahatan yang mengerikan.
(*)Oleh : Ki Slamet Gundono

Bima Kunting


Bima Kunting

Dingin yang ditinggalkan sisa-sisa hujan masih terasa, derung knalpot segerombolan gank motor menyeruak ditengah malam. Kresna dengan Dul Cathie merahnya standing, tiba-tiba Baladewa gas pol dan direm abis so ban belakang terangkat. Udawa tak ketinggalan show burn out. "Yaki..Giliranmu Bro, Katane pingin jadi Bima, let's dream come true bro" Tantang Kresna. Setyaki ancang-ancang dan weerrr mongtor diplintir abis, karepnya mo ngikutin aksi Kresna. Ndilalahnya, pikiran Setyaki mak pet mlompong, motor tak terkendali. Gedabruzzz, mak cluup, bibir Setyaki mencium bibir aspal. Ketiganya bukan menolong malah terkekek mengece, "pemuda macam apa lu guoblog...begituan aja...wakakak..." Ejek Baladewa. Setyaki bangun tancap gas ngloyor pergi.
Kata-kata ejekan Baladewa kembali memenuhi kepala Setyaki. Berputar , bergemuruh seperti ribuan tawon . Emosi Setyaki tak tertahankan, kantong tools set, tang, kunci Inggris dijungkir balikannya dan ditendang amblas. Setelah semuanya tumpah, pelan, terhempas tubuh Setyaki dipojokan dia slalu di ejek pemuda yang tak berguna tak ngerti moment sumpah pemuda.
Pelan pikiran Setyaki terbuka, yakni mencari seorang guru yang mumpuni harus dilakukannya. Jacket kulit, kaos tangan, sepatu kulit tinggi, helm full face dikenakan Setyaki. Dan hilang melesat ke utara. Berhenti disebuah dataran tinggi nan sejuk. Kemana pun pandangan diarahkan, ujung runcing pagoda saling silang. Mata Setyaki, pelan menangkap goresan tinta Padepokan Kun Lun Pay.
Sudah seminggu ini, setiap pagi Setyaki naik turun ribuan tangga dengan pikulan dipundak diwajibkan ngusungi air. "Lu olang, halusnya dihajal hayyah, tiap ali bukannya tambah cekatan malah mletho hayyah..." Celoteh Bu pun Tsu master of Kun Lun Pay. Sebelum tebasan ruyung mengeai kaki, Setyaki duluan melonjat pagar dan melangkah gesit. Bu pun Tsu banggasembari mengelus jenggotnya yang panjang. Tap..tap..sothoke..udi uke...minggu kedua sudah lincah diperagakan Setyaki.
Puncak dari ilmu, tengah malam dibawah cahaya bintang. Bu pun Tsu mewariskan jurus Plak Mu (Jiplak Ilmu). Jurus yang andalkan kejelian mata melihat jurus lawan dan dalam sekejap menirunya untuk menyerang. Tapi keesokan harinya. Jiwa, rasa dan Batin Setyaki terasa masih kosong walaupun ilmu tertinggi sudah di dapatnya. Diyakinkannya diri sendiri, petualang wajib diteruskan. Setelah makan siang, Setyaki khusus menghadap Bu pun Tsu untuk pamitan.
"Hayyah, ole..ole..gulu sanguni donga ja...gulu masih cape dech" Jawab Bu pun Tsu. Semua seragam Kun lun Pay ditanggalkan digantikan kostum black rider seperti awal Setyaki datang. Dengan ilmu meringankan tubuh plus gas diplintir pol motor melesat cepat ke utara. Tuas rem, tiba-tiba dibekap Setyaki mentok sampai meninggalkan garis hitam diaspal. Setyaki melaonjat dan, "Narutooo hay, pa kabar? Bisakah bertemu gurumu Narimo, please deech, anterin dong" Teriaknya. Sibocah kecil dengan ikat kepala biru dengan tanda panah melingkar hanya plonga-plongo kebingungan. Singkat kata, dengan bahasa tarsan, akhirnya Naruto memahami maksud Setyaki. Masuklah Setyaki satu kelas dengan Naruto.
Pelajaran pertama Setyaki dihadapkan pada sebuah teka-teki silang super gede sak lapangan. "Lima mendatar, enam kotak, huruf awal P adalah sambungan orang merokok" Ujar Master Ninja Narimo. Mata Setyaki cepat mencari dan nalurinya bergerak cepat. Sampai didepan kotak, Setyaki kebingungan, masa Pralon. Tapi kalah cepat dengan tinju Narimo yang telak bersarang di dada Setyaki. Memecahkan Puzzle ukuran jumbo dengan berat puluhan ton pelajaran berikutnya Setyaki. "Master Narimo, pelajaran apaan, Kuli Ninja ni namanya" Gerundel Setyaki sudah kehabisan energi tapi diharuskan berlatih.
Walaupun terdengar hanya desisan tapi kuping Narimo begitu tajam dan kembali tempelengan keras di pipi kanan kiri Setyaki. Hari demi hari, bulan. Terus Setyaki dihadapkan hanya dengan pemainan konyol yang rasanya tanpa ilmu. Sampai akhirnya, Narimo berpesan ilmu yang diajarkannya sebenarnya adalah melatih naluri keninjaan dengan ilmu pecahkan rahasia dan ciptakan rahasia secara cepat. Dan Narimo melepas Setyaki untuk kembali kejalan.
Setyaki kembali melajukan mongtornya mengitari separuh bumi keutara pada akhitnya sampai di pulau Jawa. Pulau yang dipenuhi pujangga, salah satunya Semar. Setyaki mengikuti arah penunjuk jalan kearah Karang Kadempel. Sampai diperampatan, jalanan macet total. Mata Setyaki membaca tulisan di rentang spanduk yang dibawa Gareng, Petruk, Bagong, limbuk dan cangik yang menolak UU Pornografi. "Eit's...Eit's sebentar boss, kapan kita bisa ketemuan, iya aku mo jadi muridmu" Ujar Setyaki menahan laju Semar di depannya. Tapi Semar tak pedulikan dan berlalu. Ach bukannya di Karang Kadempel aman-aman saja, tidak ada pornografi pikir Setyaki.
Dari arah berlawanan rombongan Kurawa meneriakan yel-yel pro UU Pornografi. Setyaki tepat ditengah kedua kelompok akan bertemu. Sebuah tangan kekar membetot tubuh Setyaki. "Eh..klo mo cari air Purwita Sari dengar suara gurumu alias hatimu sendiri bro" Terang Bima. Dengan pikiran penuh tanda tanya, kaki Setyaki melangkah menembus hutan liar ditepian Karang Kadempel. Naluri Setyaki menangkap kilatan dan bergerak gesit. Setyaki memasuki daerah Cakil dan Buta sak kroninya. Pertempuran dahsyat tak terhindarkan. Tapi dengan bekal ilmu dari Bu pun Tsu dan Narimo, dalam lima jurus Cakil sak kroni dibuat terbirit.
Sepeninggal Cakil dan kroninya, sebuah sinar terang runcing jatuh tepat di depan kaki Setyaki. Pelan sinar yang menyilaukan, bias memudar meninggalkan sebuah gada kecil wesi kuning. Cepat di SMSnya Bima dengan apa yang barusan didapatkan dirinya. Setyaki, yaitulah Bima Kunting alias kecil. Yang hanya perlu Gada kecil pula. Pede aja lagi, jawab Bima lewat SMS juga. Pemuda untuk berbuat besar perlu meniti dari yang kecil dulu biar matang. SMS semar di hp setyaki. Mulailah hari-hari Setyaki penuh dengan kepercayaan.
Ki Slamet Gundono

Balada Genduk Semok

Oleh Ki Slamet Gundono
Desis mesin AC tertutupi Dengus nafas Presiden Duryudana. Rekaman video amatiran yang merekam kelakuan usil pelecehan sexual dengan pelaku Dursasana baru selesai diputar. Bulir-bulir keringat menghiasi wajah Duryudana yang merah padam. Entah sudah yang keberapa, baru sak sedotan, rokok langsung di cecek dan diambil yang baru lagi. Lekat-lekat dipandangnya Dursasana dan, "Cari Genduk Semok dalam keadaan hidup, sebelum media mengendus" Ujar Duryudana. Bak bilah samurai, semua mata tajam melotot kearah Dursasana. "Sung,, Sumpah, tanganne tok sing tak remet, biasa gemes gitu lhoo,, wajar...wajarkan" Belanya.
Tanpa pamit, Duryudana langsung menuju helipad diatas istananya dan terbang mengindari kuli tinta. Sengkuni dan Durna keluar lewat pintu rahasia. Wartawan langsung merangsek, dan menghujani pertanyaan ketika Karna keluar. Dari jendela mercynya, "Pokoknya tidak ada pelecehan titik" Terang Karna dan ngeloyor pergi. Wah, susahnya jadi pejabat. Terpaksa berbohong lagi batin Karna.Tek..tek..tek, tangan Karna lincah menyusun SMS ke Duryudana, apa tidak sebaiknya hubungi pakar telematika, Koh Puli Yo. Biar jelas kebenarannya pesan Karna. Takberapa lama berselang telepon Karna langsung berdering, dari seberang Duryudana ngamuk-ngamuk. Pokoknya ini tugasmu lah, itulah, inilah. Komplit plit lengkap dibumbui sumpah serapah. "Bos ternyata ada baiknya diberi bibir mrongos, gigi buradul plus weteng buncit..sapa yang mau, betul Boss" Ujar Togog sambil nyetir.
Pelan Mercy menyusuri jalanan Ngastina. Tepat didepan mal Duryudana n Genk (DG Junction), rem mercy diinjak pol dan Togog cepat keluar. Sementara Karna tertegun gak tahu ada apa. Sekali loncat, tubuh Genduk Semok sudah dalam dekapan Togog. Uleng-ulengan pun terjadi, rontaan dan teriakan genduk Semok menarik orang-orang yang lewat. Dursilawati kurawa no 100 yang kebetulan lewat tertarik untuk mendekat. Plak..plak mrongos Togog kena tampar. Bug..bug, Togog menahan sakit di rusuknya. Hampir saja srekalan Dursilawati mengenai kaki, Togog lebih cepat berlari kearah mercy dan injak gas pol. "Eh..gini-gini gua juga perempuan, beraninya ma perempuan, gua kemplang koit lu" Teriak Dursilawati. "Waduuh Bos, tambah panjang nich mrongos, apes-apes, jomblo abadi" Rintih Togog.
Bunga Matahari yang seharian mengikuti arah panas sang Surya telah menunduk kearah barat. Seekor Cicak pelan mendekati pancaran lampu, menunggu nyamuk untuk dimangsa. Disebuah Warung reot, yang kalau pagi sampai siang dipakai jualan disebelah embong malang. Tubuh lelah genduk Semok rebahan disebuah kursi panjang yang sebelumnya dialasi koran bekas.
Pertaruhan, mata Genduk Semok tertarik membaca cerpen dari lembaran Koran bekas hari ini. Klotak...klotak...dadu di bawah tempurung kelapa untuk kesekian kali dikocok. Angka enam dipilih Kurawa. Sementara Pandawa memilih angka satu. "Kami pertaruhkan, semua kekayaan Ngamarta" Ujar Puntadewa. "Masih Kurang" Ejek Sengkuni. Puntadewa makin tertantang dan berani mempertaruhkan hidup dan matinya Pandawa. Bahkan semua ekonomi, kebudayaan, ilmu pengetahuan Ngamarta, sampai seks mereka. Ternyata masih kurang juga, dengan suara berat, Puntadewa mempertaruhkan Drupadi. Seringai kemenangan Kurawa menggelegar. Drupadi hanya bisa memejamkankan mata akan nasibnya. Klotak, oleh panah Arjuna, jadi angka satu yang diatas. Dursasana tak mau kalah, meja dioreg-oreg kembali ke angka enam. Terus dan terus mereka saling berusaha menang. Sampai akhirnya, tempurung dibuka, dan angka enam ada diatas.
Duryudana teriakan kemenangan dan megal-megol seperti Donald Bebek.Dursasana merengkuh Drupadi. Ditariknya secuil bagian kain penutup aura Drupadi. Satu meter, dua meter, empat meter, delapan...terus dan terus semakin panjang. Sampai ribuan kilometer, Dursasana megap-megap kecapaian. Genduk Semok tidak tahan melanjutkan membaca cerpen. Tak dirasa, mata Genduk Semok mrebes mili. Kenapa selalu perempuan dijadikan obyek batinnya. Tepukan pemilik warung membangunkan genduk Semok, keesokan harinya.
Susah payah, Genduk Semok bangun. Perut yang minta diisi, memerintahkan kaki Genduk Semok melangkah mendekati rimbunya Pasar Johar. Dasar masih ngantuk, gak tengok kanan kiri. Ciieet, gedubrak, sebuah jaguar mewah menabraknya. Sesosok pria berpakaian serba putih dengan jenggot agak panjang keluar dan memondong tubuh pingsan Genduk Semok kedalam Jaguar. Perempuan manis berjilbab di sebelah kemudi hanya diam, sepertinya agak ketakutan. "Ehm..ehm saya dimana, kenapa ada apa ini?" Tanya Genduk Semok tak berapa lama kemudian. Syekh Puji, memperkenalkan diri dan minta maaf dengan kejadian yang barusan terjadi. Genduk Semok hanya mantuk-mantuk sambil meringis. "Oh ya, kelupaan, kenalkan istri kedua saya, masih imutkan" Terang Syeh Puji. Gragap, darah Genduk Semok seketika naik. Tak percaya dengan apa yang didengar dan dilihatnya. Terlebih setelah Syeh Puji menceritakan alasan perkawinan mereka, disamping ingin membantu perekonomian keluarga juga atas dasar cintrong alias cinta. Malah sang istri sudah diprediksikan memimpin salah satu perusahaannya.
Kepala Genduk Semok smakin puyeng ini crita apalagi. Anak perempuna di bawah umur sudah berani menikah, genduk yang sudah penuh trauma bertambah takut. Namun yang penting ia coba lalekno kuwi kabeh "Sing penting saiki nggolek gawean sing ora nglecehke jati dirinya sebagai perempuan" tekadnya. Dari kejauhan jendral karno melihat genduk semok memasuki pasar namun ia tak mau menangkapnya, ia teringat dengan ibunya Kunthi perempuan yang menderita yang slalu menjadi obyek para penguasa.(*)

Obah Ma


Obah Mah

Abimanyu kecil bermain riang di halaman rumah., satu dua kali Abimanyu jatuh . sesekali bibir Sembadra tersenyum melihat tingkah si mungil kesayanganaya. Tapi jelas yang tak bisa ditutupi tatapan Sembadra kosong tanpa gairah. Sudah setahun ini Arjuna pergi, entah disengaja atau tidak. Kelupaan mencangkul dan mengairi sawah ladangnya. "Mah..mah, jangan diem, Obah Maah, tuh dasternya dah klebes, kangen basah-basahan yah mah" Ujar Abimanyu, mendapati mamah ujan-ujanan untuk mendinginkan panas disekujur tubuhnya.
Mendekap erat-erat Abimanyu, hanya itu yang dilakukan Sembadra. Dengan lauk seadanya, dengan pilih-pilih kata biar tak kena UU Pornografi Sembadra pelan menjelaskan kegalauan hatinya. "Nak, Kau lihat roti tawar itu, hambar, asrepkan, akan nikmat diolesi selai, besok ibu akan pergi kulakan selai, bolehkan" Terang Sembadra. "Horeee, uasik yo rek, cari sing uakeeh yo maah, biar nyam..nyam" Jawab Abimanyu. Senyum Sembadra memunculkan lesung pipit.
Pagi utuk-utuk esok harinya, Sembadra berangkat. Dengan alasan keamanan, Sembadra membunglon, berpenampilan layaknya ksatria lengkap dengan kumis mbaplangnya plus nama Raden Barack. Raden Barak berangkat tanpa arah tujuan pasti, demi memohon bantuan. Naik ke Kayangan. Mak tratap, Kayangan porak poranda. Tubuh Narada semampir disebuah jaruk penunjuk jam ditengah kota yang miring. Dibawah pohon beringin, tubuh Bayu ndlosor lemah penuh luka. R. Barak melesat mengarah kebalik bukit. Dibalik asap yang membumbung dua tubuh besar dan kecil saling menyerang. Telapak kaki sak hoha besarnya, dari sisi kanan meluncur penuh tenaga. Tak sempat mengelak, tubuh Arjuna melayang jauh, jatuh dan pingsan.
"Gerrrr, kwakakaka, siapa lagi mo serahin nyawa, aku Cuma butuh dewi-dewi Kayangan, permintaan TKI lagi booming nich" Teriak Si raksasa hijau, CuLeK. Diawali lekingan tinggi, R Barak lepaskan pukulan maut mengarah telak ke ulu hati. Raksasa Culek mundur selangkah kebelakang. Sembandra menyudahi dengan pukulan lurus keatas tepat kenai rahang. Raksasa Culek KO. Pelan tubuh Raksasa Culek mengecil...cil...ciiiiil, terbujurlah tubuh Srikandi.
Sembadra berubah jadi wuju d aslinya. Ketika mereka tersadar tubuh Arjuna sudah hilang, melesat entah kemana. Sembadra, Emosi tak terkira...lha wong dah didepan mata je. Dewi Sembadra melesat kearah timur. Dari Angkasa mata melihat suatu pemandangan kontras. Sekelompok ibu-ibu berjilbab, orasi berapi-api. Ditengah sekerumunan orang memilih gubernur Jatim.. Sementara disudut yang lain, sekelompok orang dengan atribut Brengos memasuki pelataran rumah sakit, anehnya kelompok ini juga melakukan orasi.
Arjuna ada dua di dua klompok pemilih gubernur "Juna..Ketangkep Kau, mo lari kemana lagi bergundal licik" Teriak Sembadra. Dari ketinggian sepuluh kaki, Sembadra mengeluarkan pukulan sinar putih. Menyeringai bak taring, Jurus DS (Doggie Seringai). Arjuna glagepan diserang sedemikian rupa. Plencing terkencing-kencing, Arjuna cari aman. dua Arjuna kembali menyatu. Sekali lagi sembadra kalah cepat. "Oallah den, dengan plane terakhir barusan fly to Amrik, ketemu Britney tukang Pir katanya" Terang Bagong. Sembadra tak mo kecolongan lagi cepat dia sebar SMS. Tanda SMS baru terkirim, Srikandi. Udah datang. Dengan mencarter pesawat pribadi ketiga menyusul ke negeri Paman Sam. Sehari perjalanan, pesawat mendarat di bandara John F Kennedy.
Bertiga mereka pecahkan diri. Tapi dari masing-masing saling SMS, nihil. Anehnya yang mereka temui foto, banner dan baliho raksasa bergambar Presiden Barack Obama Yang menang jerpilih jadi Presiden Amrik. Srikandi dan Larasati langsung ngefans pada Presiden Baru Amrik. Mendadak arjuna Muncul mengajak Sembadra dan Srikandi Pulang. Kedua istri arjuna menolak mereka ingin belajar pada Barack Obama Presiden muda yang dari bawah meniti karier hingga sukses jadi pemimpin.Arjuna yang sudah merasa tua mendadak ragu dan intropeksi diri akan nyalon Presiden Ngmarta di tahun 2009 mendatang. Oh Oba ma
Oleh: Ki Slamet Gundono

Karna, Cah Ndesa Militan


Karna, Cah Ndesa Militan

MATAHARI masih muntup-muntup. Tapi ketegangan terasa di ruang tengah sebuah rumah sederhana. ''Setuju, cita-cita kuliah di Universitas Bargawa. Tapi uang babeh lagi posses. Lha wong BBM naik yang numpang dokar malah turun,'' ujar Adirata sambil membetulkan tali kekang kuda. Mimik Karna njenggureng tegang. Lagian bukan perkara mudah masuk ke Universitas Bargawa, kecuali untuk keturunan pejabat, terang Adirata.
Pembicaraan mereka menerobos lubang-lubang bilik bambu, tembus relung hati seorang Biyung Nadha. Krenteg anak, apa pun sebisa mungkin harus terwujud.Setelah Adirata berangkat, ''Ngger, anakku berangkatlah. Biyung hanya bisa nyangoni secuil ini,'' ujar Biyung Nadha yang telah memecahkan celengannya hasil mburuh harian cucian di tetangga.

Sesungging senyum tersirat di wajah Karna, dipakainya cut bray terbaiknya plus hem kotak lengan panjang, sepatu hitam keminclong. Dengan gagah Karna nyemplak pit motor yang memudar warna merahnya. Motor sempat berhenti di pos ronda tongkrongan Karna. Handphone seribu umat, kaca mata ribens lensa lebar dipinjam Karna, menambah mboys ndesa dandanannya. Setengah jam perjalanan, sampailah dia di parkiran Universitas Bargawa.

Kehadiran Karna menjadi pusat perhatian, wajah skor sepuluh tapi penampilan katro abis, tapi pede abis.''Maaf, ruang Prof Bargawa sebelah mana yah?'' tanya Karna. Para cewek mbody itu bukannya jawab, malah nahan tawa. Wajah Karna semakin menunduk di pojokan halaman yang sepi. Sementara, baru terlihat bayangan Ferrari merah. Cewek ada yang benahi bedak, pupur, lipstick dll-lah. Mereka caper di depan mata Arjuna yang lincah menapaki anak tangga. Kebetulan, Arjuna lewat di depan Karna,"Eh..udik ngapain lu ke sini? Pulang aja, cangkul sawah ente,'' ejek Arjuna. Merasa dilecehkan, Karna agak emosi, sempat meluncurkan pukulan tapi Arjuna bisa menghindari. Malah tempeleng keras mendarat di wajah Karna, sedikit darah mengucur dari sela bibir Karna. Beberapa cowok menahan kedua tubuh yang dibaluti emosi.
Akhirnya Karna mengalah dan duduk menyendiri di depan pintu toilet. Sapaan halus mengagetkan Karna. Seorang cewek ideal berjalan ke arah Karna dari ruang kantin. "Ehm.., Karna, kamu? Mo daftar di sini yah?'' tanya Surtikanti. Karna mengulurkan tangannya, ''Surti sich enak, pasti dapat fasilitas masuk sini, lha ibunya buka kantin,'' celetuk Karna. Surtikanti hanya tersenyum ringan.Pembicaraan mereka menambah mereka saling dekat dan akrab. Sampai akhirnya Surtikanti menunjukkan ruang Prof Bargawa dan mengantarkannya.
Di mata para mahasiswa, bukan perkara mudah lulus pertanyaan Prof Bargawa. Sehingga mereka mengamati, membuntuti ke mana Karna menuju. Setelah mengambil napas panjang, Karna memberanikan diri mengetuk pintu. ''Sapa itu ganggu keasyikan orang saja? Pasti kere mo minta-minta,'' teriak Bargawa. Pintu dibuka terdengar lagu kucing garong begitu menghentak. Memang Bargawa kelewat jenius, so agak nganeh-anehi. Pertama yang dilihat Karna setelah masuk, ternyata Bargawa duduk di senderan kursi dengan kaki slonjoran di meja.
"Karna Prof, anak desa" jawab Karna. Bargawa manggut-manggut tapi melihat kearah lain.Karna menerangkan keberaniannya menemui Bargawa. "Wookey..tapi sudah tau syaratnya" Jawab Bargawa sembari meloncat ke kursi sudut dan duduk lagi di senderannya. Bargawa melemparkan kertas yang diremed-remednya, kertas testing ke Karna. Pelan Karna membukanya, takut sobek. Dibacanya apa yang tertulis di situ. Ringan meluncur dari bibir Karna, bahwasanya pro dan kontra tentang UU Pornografi keduanya sama-sama baik. Tapi tidak bisa menyelesaikan persoalan dengan baik. Hanya marah dan emosi yang bicara, selesaikanlah dengan cinta dan persaudaraan.
Bargawa berjingkrakan keasyikan mendengar jawaban. Ribuan mata yang menyaksikan dinding kaca plus sound, terpana dengar jawaban Karna. Bargawa urek-urek dengan spidol besar di tembok dengan pertanyaan kedua. Karna membacanya dan menjawab, resesi global bisa selesai dengan key word jujur. Bagaimana tidak, dulu sebelum resesi kita ini miskin kaya karena korupsi. Gambaran sekarang ya kondisi mereka yang paling jujur. Bargawa teriak histeris, lonjak-lonjak nangkring di atas meja kecil. Hanya Surtikanti terlihat tepuk tangan melihat dari dinding kaca.
Karena pentalitan akhirnya Bargawa kelelahan dan ingin tidur di pangkuan Karna, tapi pesannya jangan bangunkan kecuali Bargawa bangun sendiri. Satu dua jam aman, memasuki jam ketiga, seekor ular keling pelan merayap mendekati Karna. Menahan napas, hanya itu yang dilakukan Karna. Gigi ular Keling sekuat tenaga menancap di paha Karna yang menggigit bibir bawah. Ngurek terus dan ngurek lagi, ular weling di paha Karna sampai tembus. Gigi Karna bergeretakan menahan sakit darah mengucur deras. Tepat Bargawa terbangun karena anyir darah. Dan Karna jatuh pingsan. Bargawa merangkulnya sambil berbisik. ''You murid baik dan kamu lulus test,'' Bargawa menaruh selembar kertas berisi nilai test di genggaman Karna.
Jauh di sana, seminggu kemudian. Terlihat motor pitung meliuk-liuk di antara jalan sawah. Tangan Surtikanthi mendekap erat pinggang Karna. "Ya sebagai murid aku setia dengan perintah guru, miskin tak halangi jadi militan,'' ujar Karna. Surtikanthi hanya diam, dengan pelukan makin erat. ''Kangmas ni jujur, Surti anak Presiden Mandraka, Salya,'' bisik Surtikanti lewat sela-sela helm. Mak Gragap, seketika laju pitung tidak terkontrol, pematang loncati, sebuah gubug reot ditabraknya. Karna jatuh pingsan lagi, takut punya mertua kaya raya. (*)Oleh: Ki Slamet Gundana