Monday, January 5, 2009

Bima Kunting


Bima Kunting

Dingin yang ditinggalkan sisa-sisa hujan masih terasa, derung knalpot segerombolan gank motor menyeruak ditengah malam. Kresna dengan Dul Cathie merahnya standing, tiba-tiba Baladewa gas pol dan direm abis so ban belakang terangkat. Udawa tak ketinggalan show burn out. "Yaki..Giliranmu Bro, Katane pingin jadi Bima, let's dream come true bro" Tantang Kresna. Setyaki ancang-ancang dan weerrr mongtor diplintir abis, karepnya mo ngikutin aksi Kresna. Ndilalahnya, pikiran Setyaki mak pet mlompong, motor tak terkendali. Gedabruzzz, mak cluup, bibir Setyaki mencium bibir aspal. Ketiganya bukan menolong malah terkekek mengece, "pemuda macam apa lu guoblog...begituan aja...wakakak..." Ejek Baladewa. Setyaki bangun tancap gas ngloyor pergi.
Kata-kata ejekan Baladewa kembali memenuhi kepala Setyaki. Berputar , bergemuruh seperti ribuan tawon . Emosi Setyaki tak tertahankan, kantong tools set, tang, kunci Inggris dijungkir balikannya dan ditendang amblas. Setelah semuanya tumpah, pelan, terhempas tubuh Setyaki dipojokan dia slalu di ejek pemuda yang tak berguna tak ngerti moment sumpah pemuda.
Pelan pikiran Setyaki terbuka, yakni mencari seorang guru yang mumpuni harus dilakukannya. Jacket kulit, kaos tangan, sepatu kulit tinggi, helm full face dikenakan Setyaki. Dan hilang melesat ke utara. Berhenti disebuah dataran tinggi nan sejuk. Kemana pun pandangan diarahkan, ujung runcing pagoda saling silang. Mata Setyaki, pelan menangkap goresan tinta Padepokan Kun Lun Pay.
Sudah seminggu ini, setiap pagi Setyaki naik turun ribuan tangga dengan pikulan dipundak diwajibkan ngusungi air. "Lu olang, halusnya dihajal hayyah, tiap ali bukannya tambah cekatan malah mletho hayyah..." Celoteh Bu pun Tsu master of Kun Lun Pay. Sebelum tebasan ruyung mengeai kaki, Setyaki duluan melonjat pagar dan melangkah gesit. Bu pun Tsu banggasembari mengelus jenggotnya yang panjang. Tap..tap..sothoke..udi uke...minggu kedua sudah lincah diperagakan Setyaki.
Puncak dari ilmu, tengah malam dibawah cahaya bintang. Bu pun Tsu mewariskan jurus Plak Mu (Jiplak Ilmu). Jurus yang andalkan kejelian mata melihat jurus lawan dan dalam sekejap menirunya untuk menyerang. Tapi keesokan harinya. Jiwa, rasa dan Batin Setyaki terasa masih kosong walaupun ilmu tertinggi sudah di dapatnya. Diyakinkannya diri sendiri, petualang wajib diteruskan. Setelah makan siang, Setyaki khusus menghadap Bu pun Tsu untuk pamitan.
"Hayyah, ole..ole..gulu sanguni donga ja...gulu masih cape dech" Jawab Bu pun Tsu. Semua seragam Kun lun Pay ditanggalkan digantikan kostum black rider seperti awal Setyaki datang. Dengan ilmu meringankan tubuh plus gas diplintir pol motor melesat cepat ke utara. Tuas rem, tiba-tiba dibekap Setyaki mentok sampai meninggalkan garis hitam diaspal. Setyaki melaonjat dan, "Narutooo hay, pa kabar? Bisakah bertemu gurumu Narimo, please deech, anterin dong" Teriaknya. Sibocah kecil dengan ikat kepala biru dengan tanda panah melingkar hanya plonga-plongo kebingungan. Singkat kata, dengan bahasa tarsan, akhirnya Naruto memahami maksud Setyaki. Masuklah Setyaki satu kelas dengan Naruto.
Pelajaran pertama Setyaki dihadapkan pada sebuah teka-teki silang super gede sak lapangan. "Lima mendatar, enam kotak, huruf awal P adalah sambungan orang merokok" Ujar Master Ninja Narimo. Mata Setyaki cepat mencari dan nalurinya bergerak cepat. Sampai didepan kotak, Setyaki kebingungan, masa Pralon. Tapi kalah cepat dengan tinju Narimo yang telak bersarang di dada Setyaki. Memecahkan Puzzle ukuran jumbo dengan berat puluhan ton pelajaran berikutnya Setyaki. "Master Narimo, pelajaran apaan, Kuli Ninja ni namanya" Gerundel Setyaki sudah kehabisan energi tapi diharuskan berlatih.
Walaupun terdengar hanya desisan tapi kuping Narimo begitu tajam dan kembali tempelengan keras di pipi kanan kiri Setyaki. Hari demi hari, bulan. Terus Setyaki dihadapkan hanya dengan pemainan konyol yang rasanya tanpa ilmu. Sampai akhirnya, Narimo berpesan ilmu yang diajarkannya sebenarnya adalah melatih naluri keninjaan dengan ilmu pecahkan rahasia dan ciptakan rahasia secara cepat. Dan Narimo melepas Setyaki untuk kembali kejalan.
Setyaki kembali melajukan mongtornya mengitari separuh bumi keutara pada akhitnya sampai di pulau Jawa. Pulau yang dipenuhi pujangga, salah satunya Semar. Setyaki mengikuti arah penunjuk jalan kearah Karang Kadempel. Sampai diperampatan, jalanan macet total. Mata Setyaki membaca tulisan di rentang spanduk yang dibawa Gareng, Petruk, Bagong, limbuk dan cangik yang menolak UU Pornografi. "Eit's...Eit's sebentar boss, kapan kita bisa ketemuan, iya aku mo jadi muridmu" Ujar Setyaki menahan laju Semar di depannya. Tapi Semar tak pedulikan dan berlalu. Ach bukannya di Karang Kadempel aman-aman saja, tidak ada pornografi pikir Setyaki.
Dari arah berlawanan rombongan Kurawa meneriakan yel-yel pro UU Pornografi. Setyaki tepat ditengah kedua kelompok akan bertemu. Sebuah tangan kekar membetot tubuh Setyaki. "Eh..klo mo cari air Purwita Sari dengar suara gurumu alias hatimu sendiri bro" Terang Bima. Dengan pikiran penuh tanda tanya, kaki Setyaki melangkah menembus hutan liar ditepian Karang Kadempel. Naluri Setyaki menangkap kilatan dan bergerak gesit. Setyaki memasuki daerah Cakil dan Buta sak kroninya. Pertempuran dahsyat tak terhindarkan. Tapi dengan bekal ilmu dari Bu pun Tsu dan Narimo, dalam lima jurus Cakil sak kroni dibuat terbirit.
Sepeninggal Cakil dan kroninya, sebuah sinar terang runcing jatuh tepat di depan kaki Setyaki. Pelan sinar yang menyilaukan, bias memudar meninggalkan sebuah gada kecil wesi kuning. Cepat di SMSnya Bima dengan apa yang barusan didapatkan dirinya. Setyaki, yaitulah Bima Kunting alias kecil. Yang hanya perlu Gada kecil pula. Pede aja lagi, jawab Bima lewat SMS juga. Pemuda untuk berbuat besar perlu meniti dari yang kecil dulu biar matang. SMS semar di hp setyaki. Mulailah hari-hari Setyaki penuh dengan kepercayaan.
Ki Slamet Gundono

No comments:

Post a Comment