Monday, January 5, 2009

Semar bukan agen CIA

Semar Bukan Agen CIA

KENDARAAN roda tiga itu sesekali tampak oleng menghindari lubang jalan. Si penumpang adalah Arjuna. Pria ganteng itu pasang wajah mbesengut, mulutnya ngromed enggak jelas. Meski plakat bertulisan Semar, Jasa Konsultan Politik masih beberapa meter, tapi Arjuna lebih dulu meloncat dan langsung nyelonong ke ruang Semar.''Ini wigati bin puentingg. Paman harus bantu.

Sak sekti-sektinya Preman Niwatakawaca, pasti punya kelemahan. Paman, apa kelemahannya?'' sembur Arjuna.Semar masih diam, nglepus dengan rokoknya. ''Ehm, syaratnya mung satu. Cari arti kata CIA. Cukup, lima ribu dolar,'' jawab Semar ringan sambil menengadahkan telapak tangan. Sambil mbayar, Arjuna mbatin. Moga-moga apa yang dia barisan dengar benar dan setimpal dengan ongkosnya.

Setelah menerima kembalian, Arjuna melesat cepat. Braakk!! Dia merasa menabrak gentong. Ternyata, ''Waduuhh, bundas! Tak kukup polomu mari, koen!! Ups, ealah, Den Arjuna. 'Da 'pa nich? Awewe lagi, ya?'' kata Bagong. Kemarahannya seketika luntur begitu melihat bahwa yang menabraknya adalah Arjuna.

Arjuna segera menarik Bagong ke beranda depan, keduanya langsung terlibat pembicaraan serius. Asa Arjuna putus lagi melihat Bagong juga hanya geleng-geleng. ''Oh ya Den, lewat HP baruku bisa nich, tuh lihat, tuh bentaran aja dah. Kemon, boss,'' ajak Bagong. Dengan panduan GPS mereka berjalan terus sampai memasuki kawasan terlarang. Tap tap, pelan seperti slow motion, Arjuna salto meloncat tinggi, menghindari beberapa sejata rahasia yang juga pelan berseliweran di beberapa bagian tubuhnya. ''Wakakakak, seperti The Matrix! Awas, Den! Makin banyak! Wadow Den, pas bokong inyong, lariiii,'' ujar Bagong yang juga berlari slow motion.

Seketika pertempuran berubah sangat cepat, Arjuna mengeluarkan rahasia Cakra Bio. Dalam hitungan detik, ratusan murid Shaolin Temple terkapar. Pintu utama jebol disapu kaki Arjuna.Tak dinyana, kedatangan Arjuna malah disambut pejabat teras Shaolin Temple. Mereka disediakan kamar istirahat mewah, hehehe, tapi nggak ada plusnya, lho. Ingat, murid Shaolin cowok semua.

Malam harinya, mereka diundang jamuan makan istimewa. Tudung saji dibuka, mulut Bagong mandi air liur. Bagong mengitari meja makan sangat besar, ada bakpau, pia-pia, fu yung hay, dan siomay. ''Selamat datang, Bro. Maaf atas pertempuran tadi. Anggap aja welcome party. Sekarang intinya, silahkan di-CIA'' salam Leng Thai Wong, guru besar Shaolin. Kuping Arjuna langsung perintahkan nyikut perut Bagong yang malah sudah lahap makan. Arjuna jadi tak lapar, sekadar basa-basi diambilnya sedikit dan didatanginya Sang Guru Besar. Arjuna menanyakan arti kata CIA. Leng Thai Wong menjelaskan CIA adalah silahkan makan.

Tak berapa lama Arjuna pamit dan menarik tangan Bagong. Dipinjamya ponsel Bagong dan di-dial nomor Preman Niwatakawaca. Arjuna mengajak lomba makan sekarang. Niwatakawaca langsung menyanggupi dan mereka bertemu digerai cepat saji yang sudah di-booking Arjuna. Semua makanan sudah tersaji, mulaaai! Susah payah Arjuna memasukkan makanan ke mulut, dibantu Bagong. Untuk Niwatakawaca, sekali sluurp, amblas semuanya. Bagong bukannya sedih, malah terkekek. Bendara-nya salah tafsir. Dan tiba-tiba Niwata Kawaca glegekan. Wuzzz, angin yang keluar keras menerpa tubuh Arjuna dan Bagong. Bak daun, kedua tubuh itu melayang jauh, jatuh tepat di pesisir pulau Jawa. Jatuhnya di sekitar Tugu Yos Sudarso, dekat pelabuhan kota Tegal .''Kunyuk, minggir! Koen maning! Ndas gablug pentelang-penteleng, mata jengkol, minggir kunyuuuk,'' maki seorang tukang becak kepada Bagong.

Arjuna dan Bagong berjalan ke arah kota. Tapi yang ditemui, kata CIA masih berhubungan dengan makanan, tahu pletok, baik sebagai penjual atau pemilik. Sampai di pertigaan gili tugel, jalanan begitu ramai. Bagong memegang erat tangan Arjuna. Dari arah selatan sebuah angkot melaju, eh dari arah barat nylonong sebuah becak. "Pada-pada luruh duit, ente nyebrange sing bener, tak CIA ente" Teriak si pengemudi Angkot. Arjuna dan Bagong saling pandang, tersenyum. Dalam bahasa Tegal, CIA itu dibaca ciak. Artinya disikat atau diajak jotosan. Akhirnya, dengan kasekten Arjuna, mereka kembali.

Sekali lagi Niwatakawaca ditantang untuk adu jotos di ring tinju. Acara digelar di Ngastina Square Garden. Setelah beberapa partai tambahan. kedua petinju bergantian dipanggil announcer. Teng, babak pertama, Arjuna langsung melontarkan hook dan jab deras bergantian. Tapi Niwatakawaca tahan pukul. Memasuki babak lima, Arjuna sudah lempeh-lempeh. Sementara Niwatakawaca masih mentheles. Memasuki ronde keenam, Arjuna sedikit lengah. Sebuah jab cepat mendarat di perut Arjuna dilanjutkan hook telak di dagu. Tubuh Arjuna tinggi meloncat ke langit dan terlempar jauh. Bagong yang mencoba menyerang juga bernasib sama. Kedua tubuh jatuh di sekitaran Pentagon, Amrik. Tepat di depan tembok berlogo CIA.

Arjuna sangat percaya, kalau yang ini pasti betul. Arjuna menemui salah satu kepala divisi CIA. ''CIA adalah kerja dengan sembunyi-sembunyi dengan cara tersembunyi juga,'' ujar si kepala. Dahi Arjuna berkerut mencoba menafsirkan apa yang didengar. Tiba-tiba muncul bau busuk menyengat saat Bagong menguap. Wajah Arjuna berseri dan cepat balik. Di kahyangan, Arjuna temui Dewi Supraba yang mau diminta Preman Niwatakawaca. Arjuna menceritakan semua strategi untuk mengalahkan Niwata Kawaca. Arjuna minta dengan sangat, Supraba mau bekerja sama. Sesuai dengan hari yang telah ditentukan, Supraba berangkat ke negeri Atas Angin.

''Weleh, weleh, Supraba! Reneo, cah ayu,'' ujar Preman Niwatakawaca. Dengan keberanian besar, Supraba menaruh kepalanya di paha Niwatakawaca. Suara dan mulutnya semakin terbuka penuh kemenangan. Bagong dari radius sak kilo, dengan teropong, menunjukkan sesuatu yang bercahaya di dalam tenggorokan Niwata Kawaca, dan itu Aji Gineng. Arjuna segera mentang Pasopati. Plass, buk, tubuh Niwatakawaca tersungkur diam selamanya. Dari jauh, Semar mendekat sembari senyum. Arjuna membisikkan sesuatu ke telinga Semar. ''Enak aja! Jangan asal tuduh, kamu Arjuna. Aku bukan agen CIA!'' jawab Semar.

(*)Ki Slamet Gundono

No comments:

Post a Comment