Monday, January 5, 2009

kekerasan yang legal


Kekerasan yang Legal

''Indrajit, kita harus tegakkan kembali khas turunan Alengka keluarga yang selalu andalkan kekerasan," wejangan Rahwana. Ya, Rahwana sedang meregenerasi keturunannya, raksasa Indrajit, menjadi pejabat militer yang ganas.
Rahwana memerintah Indrajit belajar kepada Batara Kala. Setelah go way lewati hutan dandaka yang gelap, dengan naik kereta yang ditarik sepasang singa, Indrajit ditemani Togog mendekati kediaman Batara Kala yang sedang menyantap paha daging macan di sebuah altar yang terbuat dari batu. ''Bos, kami siap menerima pelajaran,'' sapa Indrajit. ''Pa kagak salah tu ayahmu kirim ente ke sini nih, " ujar Batara Kala. Indrajit gedhek-gedhek. Yang pasti, Batara Kala ingin kekerasan legal, apa pun bentuknya.
Untuk menjadi tokoh yang ditakuti harus intervensi di kehidupan apa pun. Batara Kala minta Indrajit membawa satu lembar bulu kumisnya yang sangat sakti. Indrajit sudah bersiap-siap. Sementara di depan komputer, Batara Kala serius memasukkan kode-kode misterius. Enter ditekan, claap, Indrajit celingukan. Dia berada di sebuah lapangan basket dan ada pertarungan seru antara tim Ayodya vs Alengka. Prahasta, kapten tim Alengka, langsung kuasai lapangan. Bola dioper ke Kalamarica dengan teknik cakilan yang sigap mainkan bola. Melihat posisi lawan pun, dia menggunakan jurus kethek curi mangga. Anoman, kapten Ayodya serobot bola, aksi sendiri, three point dan angka Ayodya bertambah 91-72.
Raksasa Wilkataksini semakin bergairah membawa bola. Penonton mulai bergemuruh. Pertandingan seketika berubah. Dengan pengalamannya, raksasa yang berwujud kepiting itu osak-asik pertahanan Ayodya. Pasukan basket Alengka bagai air bah dengan cepat mendekati skor 90- 87. Dari kiri lapangan, Wilkataksini dribble dengan ringan. Samberan kethek Anoman gak ngaruh. Ubetan si licin Sugriwa lolos. Hadangan Anggada dilewati. Dunk, 90-90, Indrajit di tempat penonton mulai histeris. Dia melompat ke lapangan. Ketika tepat Wilkataksini dan Anoman, terjadi adegan sorong-sorongan bola. Secepat kilat dia ambil pedang dan menusuk Anoman. Karena lengah, Anoman jatuh pingsan.
Penonton histeris karena melihat kekejian di pertandingan basket. Wasit Batara Narada perintahkan bagian keamanan meringkus Indrajit. Togog ketakutan dan teriak,'' Bos di pertandingan olahraga tak ada kekerasan legal goblog lu." Indrjit malah melotot pada Togog. Namun, dengan selembar kumis Batara Kala, Indrajit dan Togog terpaksa meloloskan diri karena hendak dikeroyok penonton. Menjelang petang, Indrajit kelelahan dan berunding dengan Togog. Dia mau refreshing dan mengajak pacarnya, Retno Klepon, dinner ke Rock Cafe.
Sementara itu, Togog mengawasi dari sofa yang empuk. Dengan dandanan serbaputih, Retno Klepon menggamit lengan Indrajit. Mereka pelan melintasi food court memilih menu. Mereka pun tak lagi memperhatikan langkah. Dabrus, separo tubuh Indrajit menabrak seorang cowok ganteng yang merangkul ceweknya. ''Ente ora duwe mata apa Mbok," emosi si cowok dengan logat Banyumas kental. ''Mbok bethok kukuruyuk, ente yang salah jalur," serang Indrajit.
Perang kata tak terelakkan, menghentikan beberapa pengunjung Rock Cafe. Si cowok ternyata John Danapati. ''Liat tuh dia punya kumis, kaya kumis setan," ejek Danapati. Menggelegarlah tawa di penjuru Rock Cafe. Dengan wajah merah padam, Indrajit setengah kalap menghunus pedang. Sebuah tusukan langsung bersarang di perut Danapati. Namun, tubuh Danapati sekeras baja. Pedang Indrajit malah bengkok. Ternyata Danapati kebal terhadap senjata apa pun. Danapati balik membalas. Tubuh Indrajit dihajar hingga babak belur dan dilempar keluar halaman Rock Cafe. Togog segera memberikan pertolongan kepada Indrajit. Dengan tubuh kesakitan, Indrajit putuskan menelepon Batara Kala. Kriing ..Boss aku menyerah, tak ada kekerasan yang legal. Dari ujung telepon Batara Kala menjawab gusar, ''You kurang serius tanpa kekerasan, Alengka akan kehilangan kewibawaan." Togog coba beri saran bahwa kekerasan legal itu mungkin cuma ada dalam peperangan.
Indrajit diajak ke hutan Dandaka Ramawijaya dengan topi koboi plus kacamata hitam, baju lengan pendek hijau muda plus celana tentara dan bersepatu bot. Cepat Starter Harley-Davidson, tak sabar, gas dipelintir abis. Roda depan terangkat, gemeretak mesin kalah keras. Harley dengan bahan bakar boros melesat mengangkasa di atas hutan Dandaka. Radar Harley menangkap sesuatu yang bergerak cepat, Lesmana yang mbonceng pegangan erat. ''Kang, ada batu di belakang, waduh bos," teriaknya. Jarak sepuluh senti, Harley direm ndandakan, trus banting setir. Lewat dech batu ke samping. Ternyata diikuti berondongan batu sangat banyak. Harley meliuk-liuk, ''Kunyuk, bedebah Rama Bargawa, budug bau amis, terimalah ini Karadzic," teriak Ramawijaya sambil melepas panah Guawijaya.
Tubuh Rama Bargawa yang sedang berperang dengan Ramawijaya bermandi peluh nyantol di pohon. Panah Guawijaya tepat di baju bagian pundak. Romo Bargawa tersenyum mempunyai lawan Ramawijaya Yang sakti tapi sopan dalam berperang.Namun, alangkah kagetnya Bargawa karena di atas pohon ada seseorang yang memegang pedang dan menaruh pedang di lehernya. Indrajit tertawa ngekek. "He he inilah saat kekerasan dilegalkan." ujarnya. Bargawa menggigil ketakutan. Pedang Indrajit bergerak cepat traang..tring .bukan leher Bargawa yang tertebas, namun panah Guawijaya sambar pedang Indrajit. Guawijaya juga menusuk paha Indrajit. Dengan kesakitan, tubuh Indrajit jatuh ke tanah. Sesaat kemudian Ramawijaya dan Bargawa mengepung Indrajit. "Pengecut lu serang dari belakang," hardik Bargawa. "Sikapmu seperti Bukan laki-laki," sembur Ramawijaya. Indrajit minta maaf dan menjelaskan bahwa dirinya hanya diperintah Batara Kala untuk lakukan kekerasan. Ramawijaya bilang, ''Tak ada kekerasan yang dilegalkan. Yang ada, kekerasan darurat karena kita pertahankan hidup kita. Namun, di kejauhan Batara Kala ngotot mencari cara supaya kekerasan jadi legal.(*)
Ki Slamet Gundono

No comments:

Post a Comment